Sejarah
Sukubangsa Pekal
berkaitan dengan mitologi Sukubangsa lainnya yang dominan terdapat diperbatasan
Sukubangsa Pekal. Mitologi ini berkaitan dengan mitologi SukuBangsa Rejang dan
hikayat Raja Indropuro dari Minang. Mitologi sukubangsa Rejang sendiri memiliki
pertalian erat dengan hikayat-hikayat kerajaan Pagaruyung di Minang.
Kisah perjalanan Empat Pitulai dari Pagaruyung menjadi bagian dari
mitologi sukubangsa Rejang. Dalam mitologi tersebut terlampir mitologi
keberadaan sukubangsa Pekal. Dalam satu sisi terlihat bahwa secara langsung
SukubangsaRejang mengakui orang-orang dari Sukubangsa Pekal merupakan bagian
dari Sukubangsa Rejang dibawah Bangmego Tubui. Dari sisi lain pada dasarnya
orang Sukubangsa Pekal tidaklah dapat disebutkan sebagai bagian dari Sukubangsa
Rejang. Hal ini tercermin dari penggunaan bahasa, aturan dan nilai budaya serta
struktur sosial lainnya yang sebagian mengambil tata aturan nilai budaya Minangkabau.
Menurut cerita dari narasumber bahwa bangsa pekal itu senderi berasal dari kata “ Mengkal” yang berarti kalau ibaratkan pisang yang mengkal itu dibilang masak itu belum sedangkan mentah itu sudah tidak lagi. Jadi disini dapat juga kita simpulkan bahwa Suku Pekal itu sendiri berarti antara Suku Rejang dan Suku minangkabau. Juga tidak terlepas dari asal mula Ketahun. Menurut cerita,dahulu kala ada seorang raja asal Rejang Lebong mempunyai 7 orang anak. Cerita ini bermula dari anak terakhir dan satu-satunya anak perempuan yang bernama putri Rindu Bulan. Namun karena putrinya ini main mata dengan pemuda biasa di kerajaannya,sehingga membuat raja Rejang Lebong marah. Raja memerintahkan keenam putranya untuk membunuh putrinya tersebut. Atas perintah dari ayahnya berangkatlah enam anaknya itu, namun ke enam kakaknya ini tak tegah membunuh adiknya. Malah mereka membawa adik bungsunya ke pinggir sungai besar dan membuatkan sebuah rakit dari bambu aur dengan dibekali beras dan ayam. Maka berakitlah sang putri menyelusuri sungai. Sungai ini berasal dari 2 bukit yang satu itu bukit tapus yang sungai bermuara di muara ketahun dan yang satunya lagi bermuara ke Jambi. Hari demi hari,minggu demi minggu bahkan berbulan-bulan hingga setahun putri Rindu Bulan menyelusuri sungai hingga rakitnya rusak di muara. Kemudian ayam yang dibawah berubah menjadi seekor elang sedangkan beras yang dibawah tertumpah dan berubah menjadi senggugu. Setelah rakitnya diperbaiki,putri Rindu Bulan kembali berakit hingga akhirnya sampai di pulau Pagai di daerah Padang. Kemudian ia di selamatkan oleh orang-orang di sana. Putri Rindu Bulan di berikan baju yang bagus. Karena kecantikanya,sang Putri Rindu Bulananak raja dari kerajaan pagai pun jatuh cintah. Kemudian itu dipinangla putri Rindu Bulan dan menikahlah mereka. Di daerah asal putri Rindu Bulan,ayahnya bertanya kepada ke-enam anaknya. Apakah putri Rindu Bulan telah dibunuh. Tentunya ke-enam kakaknya menjawab tidak,kami tidak tega membunuh adik kandung kami sendiri,kami terlalu menyayanginya kata ke-enam kakaknya itu. Putri Rindu Bulan kemudian mengakatan pada suaminya bahwa daerah asalnyadi daerah Rejang Lebong. Putri Rindu Bulan pun dan suaminya mengutuskan untuk kembali ke Rejang Lebong. Itulah awal cerita sungai ketahun yaitu berasal dari sungai yang dilewati oleh Putri Rindu Bulan selama setahun,maka sungai itu diberi nama Sungai Ketahun dan juga daerahnya yang bernama Ketahun.
Adakah juga cerita lain dari asal ketahun, pada dahulu orang belanda yang masuk kedaerah itu mengambil sumber alam yang ada disana. Karena disana banyak sekali harimau. Maka orang belanda tersebut menyebut daerah itu”Cat Town” jadi terpelesetlah dan daerah tersebut menjadi ketahun.
Lokasi
Lokasi dan Lingkungan Alam Suku Pekal Sukubangsa Pekal sebagai salah satu dari 8 sukuA bangsa
yang terdapat di wilayah Propinsi Bengkulu, Sukubangsa ini berada diantara dua
sukubangsa dominan berada diperbatasan mereka yakni Sukubangsa Minangkabau dan
sukubangsa Rejang. Wilayah kebudayaan Pekal secara langsung berbatasan dengan
daerah kebudayaan lainnya. Diutara wilayahkebudayaan Pekal berbatasan dengan
daerah budaya sukubangsa Muko-muko, di Timur berbatasan langsung dengan daerah
budaya sukubangsa Rejang, di Selatan berbatasan
dengan wilayah suku Rejaang yaitu urai Bengkulu Utara dan di barat berbatasan langsung dengan lautan Indonesia. Suku
pekal itu sendiri berada bermungkim didaerah Ketahun dan sebagian di Ipuh
Kecamatan Bengkulu Utara. Mulai dari Muara Ketahun sampai dengan Muara Santan.
Namun di daerah ketahun itu juga ada daerah trans yang berasal dari Jawa
terletak dj Dusun Bukit Durian,Karang pulau,Tanjung Dalam dll. Masyarakat suku
pekal itu keadaan alam masih banyak hutan-hutan belantara dan juga dekat dengan laut.
Bahasa
Bahasa suku Pekal jelas
memperlihatkan campur bahasa antara bahasa Minangkabau dan bahasa Rejang. Pada
saat sekarang, campur bahasa tersebut tidak hanya terbatas pada bahasa
Minangkabau dan Rejang, namun juga mengambil bahasa-bahasa lainnya seperti
Batak, Jawa dan Bugis. Perbedaan varian bahasa menjadi ciri khas lainnya dari
campur bahasa pada sukubangsa Pekal. Varian tersebut berkaitan dengan
intensitas hubungan dengan sukubangsa Minangkabau dan Rejang. Jika daerah
tersebut lebih dekat dengan daerah Budaya Rejang, varian bahasa yang terlihat
dari dialek akan mengarah pada bahasa Rejang, jika mendekati wilayah budaya
Minangkabau akan mengarah pada bahasa Minangkabau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar